Sabtu, 25 Maret 2023

“Cermin 22”


Kala itu diri ini sedang asik menelusuri tiktok hingga hati ini terhenti pada sebuah quotes. Quotes yang simpel namun mampu mengetuk pintu hati ini, kalimat tersebut ialah Ali Bin Abi Thalib, “Ketika kamu ikhlas menerima kekecewaan hidup, maka Allah akan membayar tuntas semua kecewamu dengan beribu-ribu kebaikan”. Seperti manusia pada umum nya, diri ini pun bertanya tanya, apakah iya ketika aku mampu mengikhlaskan segala kekecawaan maka allah akan hadirkan beribu kebahagiaan?. Dan sebagaimana manusia kebanyakan, aku pun ingin berusaha melakukan apa yang terdapat di kalimat tersebut. Maka kisah ini pun dimulai.

Layaknya awan yang berpasrah dikala angin membawa nya, begitu pula diri ini. Aku pun berpasrah ketika sebuah takdir mengantarkan aku kepada sesuatu yang tidak pernah aku bayangkan sebelum nya. Bahkan dapat dikatakan takdir ini bukan lah takdir yang aku inginkan. Namun, aku hanyalah manusia yang sedang menjalankan peran dalam film yang scenario nya langsung ditulis oleh Allah. Terlukis senyuman tipis di pipi dan keikhlasan yang kala itu aku paksakan. Aku pun melangkah kan kaki meniti detik tiap detik takdir ini. Hingga akhirnya aku bertemu dengan banyak tokoh di kisah ini. Tokoh yang mungkin dapat dikatakan dengan bertemu dirinya menyadarkan aku tentang aku.

22 ialah umurku saat itu, muda bukan?. Umur yang muda untuk memberanikan diri melangkah pada sesuatu yang menurut aku saat itu sangat lah sulit. Umur yang muda untuk mulai menekuni kehidupan. “Kamu masih muda, sedini mungkin lah kamu menata masa depan kamu sendiri. Kamu harus mampu melihat sebuah peluang. Sekalipun peluang tersebut sangat kecil”. Itulah kalimat yang dilontarkan oleh tokoh lain dalam kisah ini. Kalimat yang mampu membangunkan jiwa muda aku yang saat itu sedang tertidur lelap. Sepersekian detik diri ini menganalisa sedetail mungkin kalimat yang baru saja diucapkan dirinya. Apa aku boleh menyebut namanya?. Jika iya, marilah kita sebut tokoh ini dengan dapi. Sudah menjadi rahasia umum bukan, bahwasanya dunia kerja itu kejam. Dunia yang memaksakan semua peran yang ada di dalam nya untuk dewasa secepat mungkin. Dunia yang seringkali membuat peran yang ada di dalam nya merasakan lelah dalam segala sisi yang ada pada diri manusia. Begitu pula dengan aku, gadis muda yang baru saja lulus dari dunia “kampus”. Dan lagi lagi sebagaimana anak muda dengan gejolak jiwa muda, yang diri ini inginkan ialah have fun. Diri ini ingin menghabiskan waktu, mungkin gaji nya untuk kesenangan jiwa, seperti jalan jalan mungkin?nongkrong kesana kemari. Iyaps itulah pikiran ku ketika itu.

Namun, ucapan nya sontak menyadarkan ku, apa aku harus seperti yang ia katakan?apa aku harus mulai seriusin kehidupan ku?dunia seperti apa yang sedang aku jalani?dan dunia seperti apa yang ingin aku rancang?. Sungguh jiwa muda ini sangat tidak ingin melakukan itu, namun kata demi kata nya menyiratkan bahwa aku tidak boleh melakukan yang ada dipikiran ku. Mungkin dirinya tidak ingin aku menyesal di kemudian hari?. Entahlah hanya dia yang tahu apa makna sesungguhnya dari kalimat yang ia ucapkan. Dengan helaan nafas dan segenap ragu yang bergemuruh di dadaku, aku pun memberanikan serta memaksakan diri melakukan apa yang dirinya katakan. Perlahan aku mulai merancang semuanya, aku pun mengikuti saran nya untuk melanjutkan kuliah D4 bersama dirinya. Dengan segala ketidaksiapan yang ada pada diri ini, iya benar saat itu aku sangat tidak siap dengan segala resiko yang akan terjadi, namun lagi lagi dirinya menyakinkan langkah ku. Hingga akhirnya aku, dapi dan teman ku pun mengikuti tes untuk melanjutkan kuliah. Sebenarnya diri ini telah memprediksi segala nya dengan detail. Dan iyaps semua prediksi ku benar. Hanya aku dan teman ku yang dinyatakan lulus tes untuk lanjut kuliah, tapi dapi tidak. Huft, itu lah yang aku rasakan. Segala resiko yang akan datang semuanya berputar di kepala ku. Takut?iya benar aku sangatlah takut saat itu, gadis muda ini sungguh sangat tidak siap jika harus kuliah sambil bekerja. Berjuta kali aku menghela nafas, sebagai sinyal bahwa aku merasa sangat tidak sanggup untuk melakukan nya. Tapi, kerendahan hati, kelapangan hati yang ada pada dirinya, ia menyakinkan ku untuk terus melangkah maju, untuk menyelesaikan apa yang telah aku mulai . “Semangat kuliahnya lis kalo bs selesain tepat waktu”. Kini jalan pendewasaan gadis muda ini pun terbuka lebar.

Bahkan sampai detik kisah ini ditulis, aku pun masih sering menghela nafas. Kuliah sambil kerja bukan lah hal yang menyenangkan, tetapi bukan juga sesuatu yang menyakitkan. Takdir ini banyak mendewasakan ku. Andai waktu itu dirinya tidak memaksa ku melakukan nya, mungkin detik ini aku pasti masih menjadi gadis muda yang menuruti semua hawa nafsu jiwa muda nya untuk membuang waktunya, gaji nya, masa muda nya dan segala nya. Jalan ini mengajarkan aku melihat sisi aku yang lain nya. Sisi yang aku tidak pernah tau bahwa aku ternyata sekuat itu, semampu itu. Berangkat pagi pulang dini hari, tidur hanya dua jam lalu mengulang nya kembali. Pagi kerja, pulang langsung kuliah sampai malam, Pagi kuliah pulang langsung kerja sampai malam. Pagi siang kuliah, malam kerja sampai pagi. Seperti itulah gambaran rutinitasku. Mencuri waktu dikala kerja untuk mengerjakan tugas, mencuri waktu mengerjakan ujian jika online disaat aku sedang mengerjakan pasien, serta mengambil kesempatan tidur disaat perjalanan baik perjalanan menuju kerja maupun kuliah. Sakit sehat sakit sehat ialah siklus yang aku rasakan pada perjalanan ini. Hal yang membahagiakan aku ialah setidaknya aku tidak pingsan dijalan ataupun dirumah saat melakoni takdir ini hehe. 

Sebelum takdir ini hadir dalam hidupku dan sebelum aku membaca quotes di tiktok. Aku hanya lah gadis dengan sejuta rasa tidak percaya diri yang senantiasa bergemuruh di hati. Diri ini sangat tidak percaya bahwa dirinya mempunyai something special, aku tidak pernah merasa kalo aku bisa hebat seperti yang lain nya. Mungkin kisah ini terlihat klasik, tapi kisah ini, takdir ini, perjalanan ini sungguh menyadarkan aku untuk melihat aku menjadi seseorang yang ternyata aku punya sisi secerah itu. Aku yang memaksakan diri berani menghadap atasan kala aku meminta ijin untuk melanjutkan kuliah, aku yang berusaha merendahkan hati ku meminta bantuan rekan kerja ku jika aku ingin tukeran jadwal ketika jadwal kerja dan kuliah ku bentrok. Aku yang belajar berpikir secara detail saat akan mengambil sebuah keputusan, bersabar untuk tidak tergesa dalam berpikir dan bertindak. Gadis muda ini belajar mendewasakan dirinya serta menemukan jati dirinya. Aku mulai mengerti dan paham manusia itu dinamis, sangat bisa berubah tiap detiknya. Sehingga aku mulai tau kemana aku pergi ketika jiwa raga ku lelah. Perjalanan ini bukan hanya sekedar mendewasakan aku, tapi juga sebagai jalan aku menemukan Tuhan ku. Hanya allah sebagai tempat bergantung, tempat meminta. Hanya memohon kepada-Nya lah semua nya insya allah akan lancar. Ternyata memang benar quotes yang tidak sengaja melintas di social media ku. Disaat aku mulai mengikhlaskan segala rasa kecewa dalam hidupku, mulai berpikir positif bahwa hidup ini tidak selama nya gelap, mulai menerima segala hal buruk yang pernah terjadi di hidupku. Ternyata disaat itu lah allah melimpahkan beribu kebahagiaan dan beribu kemudahan dalam hidupku. 

Momen yang tidak kalah membuat ku terharu ialah momen PKL dan Kerja. Momen itu membuat diri ini paham bagaimana harus bersikap, bagaimana aku belajar mengerti dalam menempatkan diri. Aku yang saat itu menghadap atasan di tempat pkl ku untuk sekedar bertanya bagaimana jadwal ketika pkl dan memohon keringanan karena aku harus pkl sambil bekerja. Alhamdulillah nya karena allah, semuanya dimudahkan. Aku penuh melaksanakan pkl selama 1,5 bulan. Momen ini sungguh mengajarkan aku agar menjadi sosok yang tidak mudah mengeluh dan bersyukur atas segala nya. Berusaha menyeimbangkan pkl dan kerja bukan lah sesuatu yang mudah. Pagi pkl, siang nya kerja. Pagi – siang pkl malam nya kerja, Pagi – siang selama 5 hari berturut turut, Pagi – siang – malam selama 3 hari berturut turut dilanjut pagi – siang selama 2 hari berturut turut. Pulang kerumah hanya sekedar setor muka dan setor badan ke kasur. Tidur nyenyak?aku sama sekali tidak merasakan tidur nyenyak selama menjalani pkl-kerja. Seperti biasa aku mencuri curi waktu tidur, bahkan pernah aku tertidur dalam rakaat shalat. Mengeluh?alhamdulillah aku tidak sama sekali mengeluh, karena aku mulai memahami arti kehidupan, arti sebuah perjuangan. 

Aku pernah mendengar sebuah kalimat yang mengatakan “Ketika kamu sedang berada di fase berjuang, maka kamu akan mengerti dan paham manusia mana yang tulus kepada mu, manusia mana yang hati nya bersih, manusia mana yang memberikan saran baik dalam langkahmu, manusia mana yang mau membantu mu, manusia mana yang hanya pura pura”. Dan menurut ku kalimat itu ialah sebuah fakta. Di perjalanan ini aku pun mulai mengerti, mulai bisa menilai manusia, dan yang pastinya aku tau manusia mana yang harus aku perlakukan dengan sangat baik dan manusia mana yang aku perlakukan baik. Ternyata saat kita mulai “self love” ke diri sendiri, disaat itulah kita mulai nyaman sama diri kita dan nyaman pula menjalani kehidupan kita, yang nantinya diri kita mulai memancarkan cahaya nya sendiri. Kisah ini belum sehebat yang lain, tapi drama gadis muda 22 tahun yang berusaha melawan ego nya, ego jiwa muda nya sungguh mengetuk pintu hati dan pikiran nya. Aku mulai bisa menentukan langkah ku, arah hidupku, paham akan sebuah prioritas dalam hidup. Mana yang harus aku lakukan dan mana yang harus aku relakan. “Hidup adalah sebuah pilihan yang diikuti sebuah resiko. Ketika kita mampu memilih suatu jalan, maka seharusnya kita siap dengan segala resiko nya. Maju sebagai pemenang atau mundur sebagai pecundang”. “Memutuskan sesuatu saja sudah sulit, apalagi harus menghadapi resiko nya. Tapi menyerah karena tidak siap itu adalah sebuah kekonyolan”. Mungkin kalimat itu cukup mengambarkan diri ini, aku gadis muda yang memilih jalan untuk berjuang di usia muda dikala teman sebaya ku menikmati masa muda nya (seperti jalan jalan, membeli album idol nya yang mahal, dan lainnya). Satu hal yang aku sadari, bahwasanya kita adalah pejuang di jalan yang telah kita pilih, pilihan apapun yang kita pilih itu baik tidak ada yang salah. Yang salah adalah ketika kita marah ke Tuhan, menyalahkan takdir Tuhan hanya karena kita tidak siap menanggung resiko atas pilihan kita sendiri. 

Penutup manis dari kisah gadis muda ini adalah ia sangat bersyukur karena Allah membawa langkahnya pada takdir yang membuat ia mulai mengerti akan banyak hal. Aku sangat bersyukur Allah menghadiahkan aku sahabat yang sangat baik, sahabat yang membantu langkah ku saat kuliah ku dulu dan dia juga yang sekarang membantu langkah ku menggapai mimpi ku. Dia dengan senang hati siap siaga jika aku ingin tukeran jadwal, dia juga yang menyemangati ku ketika aku mulai terlihat lelah, dia yang paling sadar ketika pucat pasi tergambar di wajah ku. Manusia pada umumnya hanya melihat rejeki itu ya gaji, jabatan lah dan bentuk material lainnya. Padahal lebih dari itu, rejeki yang terbaik ialah ketika kita punya sahabat yang mendukung langkah kita, perjalanan kita, dan bahagia atas pencapaian kita. Karena Sang Pencipta ingin manusia sadar bahwasanya di dunia ini bukan hanya sekedar kemewahan material, dunia ini jauh lebih indah dari itu ketika kita melihatnya dari sisi yang lain.

Ternyata menjadi dewasa itu “menyenangkan” ya …..

 

“Jadikan takdir dan pilihan kita sebagai jalan bagi kita menemukan diri sendiri, memahami diri sendiri, serta mencintai diri sendiri. Tiap tiap manusia adalah pribadi yang hebat dan istimewa”

 

(Terimakasih banyak untuk Mama dan Keluarga yang selalu jadi garda terdepan saat aku mulai rapuh, senantiasa memeluk ku disaat aku mulai lelah. Terimakasih banyak juga untuk Annisa Nurhikmah yang telah banyak membantu dalam perjalanan ku dan untuk Muamar Khadafi yang telah menyadarkan aku akan banyak hal di hidup ini).


2 komentar: